Friday, February 24, 2012

Efek Lubang Tutup Tangki Bensin Tersumbat



Motor mati mendadak tidak melulu disebabkan oleh tidak adanya gas bakar atau pengapian. Tutup tangki pun bisa jadi sumber masalah, seperti dialami Gunawan dari Ciputat, Tangerang. Kok bisa begitu, ya?



Bisa saja. Sebab timbulnya masalah saat ditelusuri terbukti lubang udara tutup tangki yang ukurannya hanya berkisar 1mm tersumbat kotoran.



Padahal, problem seperti ini umumnya akibat vakum bensin macet saat cek kevakumannya yang ternyata bukan. Begitu buka tutup tangki dan nyalakan mesin, motor pun bisa hidup normal.



Jika motor sobat alami hal seperti itu jangan dulu panik. Apalagi saat lakukan cek pengapian dalam kondisi baik dan tidak kehabisan bensin.



Makanya disarankan untuk lebih dulu membuka tutup tangki sambil menghidupkan mesin. Jika nyala, artinya lubang sirkulasi udara tutup tangki tersumbat.



Tersumbantnya lubang sirkulasi mengakibatkan aliran bensin melalui keran otomatis ke bak karburator jadi lambat, bahkan bisa juga berhenti jika terjadi kevakuman. Alhasil, enggak ada bensin yang dikirim ke ruang bakar.



Makanya kalau mesin bisa nyala hanya pada saat tutup tangki dibuka, lubang ventilasi tersumbat mesti dibersihkan dahulu. Caranya bisa dengan memberikan udara bertekanan ke arah lubang hingga benar-benar lancar aliran udaranya. Mesin pun kini bisa hidup normal

Kerusakan Turbocharger Vs Asap Pekat



Mobil-mobil yang menggunakan turbocharger seperti Volvo, Toyota Land Cruiser VX, Ford Ranger, atau Mitsubishi Strada Triton memang rentan mengalami kerusakan bila tidak dirawat dengan benar. Padahal dengan perangkat turbocharger ini, performa mobil jadi lebih baik dan lebih kencang.

Kerusakan pada turbocharger ini umumnya terjadi karena kebanyakan pemilik mobil kerap mematikan langsung mesin mobil sehabis mobil digeber. “Seharusnya tunggu sekitar 10-15 detik untuk turbo benar-benar berhenti be­kerja, baru mesin dimatikan,” ujar Hardysan, juragan Surya Mas Teknik, spesialis servis dan perbaikan turbocharger.

Gejala kerusakan pada turbocharger cukup mudah dideteksi, mulai dari asap pekat yang keluar terus menerus dari knalpot ketika stasioner, lalu pada RPM tinggi asap pekat tadi tidak hilang juga. Lalu pada selang-selang yang berhubungan dengan intake terlihat rembesan oli, kemudian yang biasanya mulai dari 2.000 RPM turbo sudah mulai bekerja, tenaga mesin malah drop.

Kalau sudah begini siap-siap saja mengeluarkan biaya ekstra untuk memperbaikinya!

Pasang Busi Panjang di Silinder Head Ulir Pendek

 
Busi ada yang ulirnya panjang, juga pendek. Biasa disebut, busi kepala pendek atau kepala panjang. Masing-masing punya tujuan. Salah pakai bisa bikin mesin tak maksimal.



Soal ini, menurut Dodi Hardianto, manajer marketing PT Denso Indonesia dan Handy Hariko dari PT Astra Honda Motor, mengikuti desain mesinnya. Biasanya mengikuti ketebalan kepala silinder. Supaya ujung elektroda persis rata dengan kubah. Jadi hanya bagian massa yang menonjol.



Namun, Dodi dan Handy paham ada biker yang coba berinovasi. "Mereka memasang busi kepala panjang di mesin yang harusnya pakai busi kepala pendek. Tapi, jarang busi kepala pendek dipasang ke mesin yang menuntut busi kepala panjang," sebut keduanya.



Memasang busi kepala panjang di cylinder head ulir pendek, biasanya bertujuan mendekatkan letikan api. "Selain itu, ingin menambah perbandingan kompresi. Dengan harapan menambah tenaga mesin," sebut Handy.



Diakui Handy, tujuan itu mungkin tercapai. Tapi kata Handy, perubahannya takkan banyak. Bahkan, nyaris tidak terasa! Karena kepala busi yang nongol tidak akan terlalu banyak.



Justru cara ini harus diwaspadai. "Sebab, kepala busi yang terlalu nongol di dalam kubah kepala silinder punya resiko mentok kepala piston saat di titik mati atas (TMA). Bisa juga beradu dengan payung klepnya," ujarnya.



Jadi, jika terpaksa menggunakan busi kepala panjang di mesin mestinya pakai busi kepala pendek, Handy menyarankan untuk mengganjalnya dengan ring busi. "Pokokya kepala busi tidak melebihi kubah," tegasnya.



Sebaliknya, jika memaksakan pakai busi kepala pendek dari yang seharusnya panjang, berakitbat elektroda busi mendem di liang busi. Ini membuat percikan api tidak bisa membakar sempurna.

Tips Agar Percikan Busi Optimal

Haram merapatkan atau meranggangkan jarak antara pusat elektroda dengan massa busi! Sebab, gap menentukan besaran letikan api. "Gap sesuai aturan memberikan lentikan api yang maksimal," tegas Dodi Hardianto, manajer marketing PT Denso Indonesia.



Gap membuat listrik di ujung elektroda meletikkan api ke titik massa busi. Jika dirapatkan berefek negatif. "Kalau direnggangkan dari ketentuan batas pun tak bagus. Karena gap disesuaikan karakter mesin," tegas Dodi.



Senada Handy Hariko dari PT Astra Honda Motor, letikan api busi maksimal jika gap elektroda dan massa pas. "Jika elektroda menumpul, loncatan apinya tak muncul," jelas Handy.



Menurut Dodi, gap busi antara 0,6-0,8 mm. "Tapi, busi iridium, jaraknya lebih rapat. Sebab elektroda iridium tak butuh voltase tinggi untuk lontarkan api," imbuhnya.



Perubahan gap busi kerap terjadi saat bersihkan elektroda. Bisa karena tergerus, atau karena tertekan. Jika merenggang, usaha listrik di ujung elektroda mencapai massa pun membesar. Alhasil, lontaran api mengecil.



"Terlalu jauh, elektroda tak mampu letikan api ke massa busi. Usaha terlalu berat bikin part lain, semisalnya, koil melemah," jelas Dodi.



Kerapatan, lentikan api terlalu cepat terjadi. "Letikannya kecil, atau tak sempat meletikkan api. Jadi, mesin sulit hidup," imbuh Handy.



Toh diakui, busi yang lemah bisa ‘dikuatkan' dengan merapatkan gap. Jadi, tegangan listrik yang lemah dari elektroda bisa melontarkan api ke massa. Tapi, hasilnya tetap tidak maksimal.



So, ada 2 ciri gap busi tak pas. "Kerapatan, sulit gapai rpm tinggi. Power putaran menengah ke atas lemah," urai Handy. "Jika terlalu renggang, mbrebet di rpm tinggi, bahkan ‘nembak',".

Ritual Ringan Saat Ganti Oli



Fungsi oli sebagai pendingin, pelindung dari karat dan pembersih. Pelumas juga dapat menutup pori-pori komponen. Sehingga gesekan antar part di dalam mesin lebih halus serta mudah mencapai suhu kerja ideal.



Punya fungsi yang extreme, tentu pelumas tidak bisa kerja sendiri. Agar kualitasnya terjaga, perlu komponen pendukung berupa filter. Juga perawatan berkala. Nah, biar tidak ada kendala, berikut cara-cara sederhana yang bisa menghindari penurunan kualitas oli.







Ganti selagi hangat, baut kembali ditutup jika mesin sudah dingin - Kompresor berfilter tak mudah kemasukan air .


Ganti Selagi Hangat

Ganti oli bagusnya ketika mesin panas atau tunggu dingin? Ada yang bilang lebih baik ketika dingin untuk menghindari baut slek. Ada juga yang bilang, bagus pada saat mesin panas. Pasalnya oli masih encer, sehingga memungkinkan pelumas mudah mengalir.



"Baiknya dilakukan saat mesin masih hangat kuku. Bukan lagi panas. Kalau masih hangat, oli masih encer dan lebih mudah ditekan keluar mengunakan udara kompresor. Dan baut kembali ditutup jika mesin sudah dingin," wanti Sarwono Edhi, Technical Training Department PT Astra Honda Motor.



Kompresor Berfilter


Saat akan ganti oli, pelumas lama yang masih di dalam karter dan terselip di celah yang sempit, mesti ditekan keluar angin kompresor. Biasa dilakukan mekanik, agar oli benar-benar keluar dan tak ada yang tersisa.



Namun tanpa disadari, udara bertekanan dari dalam tabung kompresor juga mengandung air. Dapat mengganggu kualitas base oil beserta aditif. "Makanya agar aman, pilih bengkel yang menggunakan water filter di kompresor. Sehingga tak dimasuki air," ucap Ronni Panggabean, mekanik Pandawa Motor di Jl. Munjul, Cilangkap, Jakarta Timur.





Lebih baik sekaligus ganti filter oil - Setelah overhaul tambah oli 100-200 ml
 

Lebih Baik Ganti Filter Oil

Agar kualitas tetap baik dan bersirkulasi benar, mesin motor bebek, sport atau skubek sudah dilengkapi filter oli. Tugasnya menyaring geram atau kotoran di pelumas agar tidak ikut bersirkulasi.



"Ada 2 jenis filter oli, yaitu tipe kertas dan kawat kasa. Kawat kasa dibersihkan tiap 9 bulan. Di motor baru, filter tipe kertas baiknya ganti setelah 1 bulan pakai. Penggantian berikutnya setelah 9 bulan atau 3 kali servis rutin. Harganya tidak lebih dari Rp 10 ribu," ujar Joseph Anthony, kepala training roda 2 PT Indomobil Niaga International.



Overhaul kudu tambah oli

Sehabis turun mesin, pelumas di dalam dapur pacu benar-benar bersih. Nah, kerena tidak ada sisa oli, pastinya saat akan mengisi ulang pelumas baru takarannya pun harus lebih banyak.



Makanya disarakan saat akan mengisi oli ke dalam mesin yang habis dibongkar, takaran olinya mesti dilebihkan sekitar 100-200 ml. Apalagi kalau tunggangan juga dilengkapi oil cooler yang juga perlu perawatan. Kapasitas pelumas sebaiknya ditambah di atas takaran normal.







Filter sentrifugal menyaring geram-geram halus - Baut magnet menangkap geram halus



Servis Filter Sentrifugal


Di motor-motor baru, saringan oli yang biasa dibersihkan tipe kertas. Tapi, di tunggangan model lama macam Honda Tiger atau Shogun 110, masih pakai filter oli sentrifugal, waktu perawatannya lama, yaitu sekitar 9 bulan. Dikerjakan pada saat membersihkan bak oli. Peranti ini terpasang di bak mesin kanan atau dekat gir primer.



"Filter sentrifugal lebih sering menyaring geram-geram lebih halus. Makanya untuk membersihkan kotorannya tidak terlalu sering dan bisa dibilang cukup lama," imbuh Joseph Antony yang berkantor di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur itu.



Baut Magnet lebih meyakinkan lagi


Masih belum yakin kinerja oli filter yang sejak dulu dilengkapi pabrikan motor, pemilik tunggangan bisa saja memanfaatkan baut bermagnet. Dipasang di lubang buang oli, punya fungsi menangkap geram-geram yang tidak ikut tersaring oli filter.

Cara Cerdas Ganti Ukuran Bohlamp





Ganti bohlam spek besar jadi redup karena tegangan dan arus dari sepul diatur dan dibatasi kiprok

Terjadi salah paham saat pemilik motor ingin ganti spek bohlam lampu. Pasang ukuran watt gede di motor arus AC makin ngerop, di motor kelistrikan arus DC malah bikin aki cepat tekor. Nah, biar enggak paham berikut ini jawabnnya.



Arus AC pilih bohlam watt kecil

Sistem penerangan lampu motor, kebanyakan menggunakan arus AC dibanding DC. Contoh sistem kelistrikan arus AC di motor bebek atau skubek. Agar lampu utama menyala, mesin harus hidup lebih dulu.

Besar cahaya yang dipancarkan sangat tergantung putaran mesin. Semakin tinggi engine bergasing, sorot lampu utama akan semakin terang.

Nah, karena cahaya yang dikeluarkan tidak stabil dan terkadang kurang terang, beberapa pemilik motor sengaja melakukan penggantian bohlam. Dari yang awalnya 12V/18W, dibikin jadi 12/35W atau 12V/55W. Katanya agar cahaya yang dikeluarkan semakin terang dari aslinya.

Cuma apa yang terjadi? Penggantian spek bohlam dari watt kecil ke watt lebih besar, cahaya yang dipancarkan justru makin redup. Terbalik kan?

Cahaya lampu makin redup, karena arus listrik yang dihasilkan sepul tak seimbang. Tidak mampu menyuplai spek bohlam lampu yang lebih besar dari standar.

Apalagi besar tegangan dan arus yang dikeluarkan sepul sangat tergantung putaran mesin. “Makin rendah rpm, voltasenya juga kecil dan sebaliknya," terang Kunto Hayadi, mekanik HK Custom di Jl. Cipete Dalam II, No. 8A, Cipete Raya, Jakarta Selatan.

Selain mengandalkan putaran mesin, besar-kecil arus listrik ke bohlam lampu standar juga diatur dan dibatasi oleh kiprok. Sehingga arus yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan cahaya yang dipancarkan tidak gede. Bahkan bisa lebih kecil meskipun rpm digeber secara spontan.

Kalau mau cahayanya lebih terang, spek bohlam jangan digedein. Tapi, dikecilin. Sehinga arus listrik yang awalnya untuk bohlam lampu watt besar, justru bisa membuat bohlam watt kecil jadi makin besar cahaya yang dipancarkan.

“Tapi ingat, biar bohlam enggak cepat putus, jangan sering geber mesin di atas rata-rata rpm. Terutama di mesin-mesin modifikasi yang sudah hasilkan rpm lebih tinggi dari standar," ingat Kunto.



Arus DC pilih bohlam watt besar







Kapasitas setrum aki mesti sesuai yang dikeluarkan biar enggak tekor
Contoh motor dengan lampu utama arus DC, seperti di Honda Tiger. Walau mesin belum hidup, asal kontak sudah ON, lampu utama bisa dinyalakan.



Semakin besar watt bohlam yang dipasang di batok lampu, cahaya yang keluarkan pun semakin terang. Contohnya kalau motor yang awalnya pasang bohlam 12V/35 watt, lalu diganti jadi 12V/55 watt, sinar yang dipantulkan ke jalan semakin besar.



Diganti ukuran bohlam lebih besar lagi, yaitu 12V/100 watt juga bisa saja. Cahaya lampu bisa lebih terang dari yang asli atau di bawah 12V/100 watt. Cuma yang jadi masalah, apakah spek aki yang dipakai sanggup menyuplai setrum ke bohlam baru?



Setrum dari aki, selain untuk bohlam lampu depan, belakang dan lampu rem. juga harus menyuplai setrum ke lampu indikator di panel, sein dan komponen lainnya.



“Jika semua itu digunakan dalam jangka waktu lama, jangan heran setrum aki jadi cepat ngedrop. Sebab setrum yang keluar tidak sebanding dengan yang tersedia di aki dan yang disuplai dari sepul atau generator," ujar Kunto yang juga pintar seting alat-alat audio itu.



Lanjut Kunto, kejadian seperti itu membuat aki ngedrop di motor kelistrikan arus DC. Biasanya disebabkan pemilik salah takar pada saat melakukan penambahanan lampu model variasi.



Biasanya sih, beban watt pada komponen variasi melebihi batas kemampuan aki. Pada accu yang spesifikasi hanya untuk ukuran bohlam motor standar.



Kalau enggak mau aki tekor, coba kita hitung seberapa besar kemampuan accu di motor sanggup menyupklai arus ke komponen kelistrikan. Yaitu dengan cara melihat spesikasi aki.



Misal spek aki Honda Tiger 12V/7 Ah. Kalau dihitung dengan rumus watt yaitu = volt x ampere. Jadinya 12 x 7 = 84 watt. Ini berarti aki Tiger hanya mampu menyuplai arus listrik ke komponen kelistrikan hanya 84 watt per jam. Lebih dari itu, aki cepat tekor.

sumber disini  atau disini

Tuesday, February 21, 2012

Old Nascars rock!

Kind of like the saying that some things get meaner as they get older. Vintage Nascars were much cooler than their counterparts of today. Take a look at this photo from the fine folks over at Hemmings Motor News. This shot taken in 1956 at the Holman-Moody shop in Charlotte, NC. This shows the then new, and essentially stock 1956 Fords campaigned that year. Two sedans and two convertibles. This was when stock car racing was really exciting since you could go and buy the same cars you saw tearing up the tracks. Things were so much simpler then.

Source: Hemmings Motor News